Social Icons

Sabtu, 06 Oktober 2012

Kiat Mengurangi Kelalaian


     Dalam hidup keseharian, sering kali kita terjerumus dalam ghaflah (kelalaian). Yaitu pada saat-saat kita lupa terhadap Allah, waktu-waktu yang tidak diisi dengan dzikir, fikir, dan ibadah lainnya.
 
Mari kita renungkan : Betapa banyak waktu yang kita habiskan dalam obrolan yang tidak bermanfaat ?!. Betapa banyak usia yang kita habiskan dengan menonton tayangan yang tidak bermanfaat ?!. Itulah kondisi lalai. Dan inilah yang dilarang oleh Allah Swt dalam ujung ayat yang mulia :

َولاَتَكُنْ مِنَ اْلغَافِلِيْنَ
"Janganlah kamu termasuk orang yang lalai".  Surah Al-A'raf 205

Selain saat-saat lalai yang disebutkan tadi, masih ada sejumlah contoh kelalaian yang lebih halus lagi, yang perlu kita cermati, seperti : Kelalaian mengingat kematian. Kelalaian memohon syurga. Kelalaian berlindung diri kepada Allah dari syetan. Kelalaian berbuat baik terhadap kedua orang tua. Kelalaian mengontrol lidah, menguasai mata, mengendalikan emosi, menahan keinginan untuk berbuat dosa.

Marilah kita menyadari bila dalam sehari semalam, kita tidak mengingat bahwa kita akan mati, maka kita telah lalai. Bila dalam 24 jam  kita tidak pernah berdo'a memohon syurga dan memohon dijauhkan dari neraka, niscaya kita telah lalai. Bila tidak pernah terbetik di hati kita bahwa kita menghadapi musuh utama kita yaitu syetan, berati kita telah lalai !. Bila dalam sehari semalam kita tidak mengingat kebaikan ibu dan bapak kita dan tidak mendo'akan mereka, berarti kita telah lalai !. Astaghfirullahal Al-Azhim.

Bila kita telah menyadari bahwa semua ini adalah kelalaian dan kita telah menyakini bahwa kelalaian itu adalah dosa, maka kewajiban kita sebagai muslim–muslimah, ialah mengurangi kelalaian. Mengalahkan kelalaian. Bangkit dari kelalaian.

Bagaimana caranya ?. Berikut ini beberapa kiat untuk mengurangi kelalaian :
1.   Menyusun Planning ibadah setiap hari.
Menyusun perencanaan ibadah yang menyeluruh setiap hari, adalah satu keharusan bila kita ingin mengurangi kelalaian. Oleh karena perencanaan ibadah yang menyeluruh berarti keinginan yang kuat untuk meningkatkan kepatuhan kepada Allah, kemauan keras untuk memperbanyak amal shaleh sepanjang hari.

Perencanaan seperti ini akan sangat memotivasi kita untuk meningkatkan ibadah dan mengurangi kelalaian. Sebagai contoh : Orang yang merencanakan untuk shalat shubuh di masjid, tentu lebih termotivasi dibanding orang yang tidak merencanakan ibadah tersebut. Contoh lain : orang yang merencanakan untuk membaca istighfar 100 X sehari, tentu tidak sama dengan orang yang tidak merencanakannya. Orang yang mempunyai perencanaan ibadah, telah memiliki rujukan muhasabah/ introspeksi dan telah menapak anak tangga peningkatan yang berkesinambungan. Allah telah berfirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدِ وَاتَّقُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan (amal) apa yang telah ia persiapkan untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". Surah Al-Hasyer : 18

Ayat yang mulia ini mengandung sebuah panggilan indah buat kita para hamba Allah yang beriman, lalu disusul dengan perintah intropeksi yang diapit oleh dua perintah taqwa, kemudian ditutup dengan penegasan bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang kita kerjakan. Penegasan ini bertujuan agar kita berusaha untuk senantiasa menghadirkan dibenak kita keyakinan bahwa kita selalu diawasi oleh Allah. Pengamalan Ayat mulia ini tentu memerlukan planning ibadah yang menyeluruh dan berkesinambungan.

2.   Selalu bertanya pada diri sendiri: "Apa yang sebaiknya saya lakukan saat ini ?".

Agar kita termotivasi untuk melawan dan mengalahkan kelalaian, agar kita senantiasa terarah dan terpimpin, maka kita dianjurkan untuk selalu mengajukan pertanyaan ini kepada diri kita sendiri : "Apa yang sebaiknya saya lakukan saat ini ?".

Sebagai contoh :
Pada saat kita mendengar adzan, kita segera bertanya pada diri kita : "Apa yang sebaiknya saya lakukan saat ini ?". pertanyaan ini akan membangunkan kita dari kelalaian dan memotivasi kita untuk memenuhi panggilan adzan.

Pada saat kita di masjid, bertanyalah pada diri sendiri : "Apa yang sebaiknya saya lakukan di masjid ?".
Pada saat kita di kendaraan, bertanyalah pada diri sendiri :"Apa yang sebaiknya saya lakukan di kendaraan ?".
Pada saat kita di pasar, bertanyalah pada diri sendiri : "Apa yang sebaiknya saya lakukan di pasar ?".
Demikianlah seterusnya.

Pertanyaan ini sangat membantu untuk menghadirkan kasadaran akan penting dan wajibnya kita patuh dan taat kepada Allah setiap saat dan di setiap tempat.

Landasan Qur'ani pertanyaan ini ialah beberapa Ayat Al-Qur'an tentang dekatnya hari kiamat, tentang perintah untuk bersegera beramal shaleh, perintah untuk berlomba dalam kebaikan. Sebagai contoh : Firman Allah :
إِقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِيْ غُفْلَةٍ مُعْرِضُوْنَ

"Telah dekat saatnya manusia dihisab, dan mereka
dalam kelalaian dan mereka berpaling ". ( Surah : Al-Anbiya' : 1 )

Pertanyaan : "Apa yang sebaiknya saya lakukan saat ini". adalah salah satu bentuk pengamalan dari ayat yang mulia ini, agar kita mengingat hisab, mengingat akhirat, agar kita tidak lalai dan tidak berpaling. Dalam surah lain, Allah Swt berfirman :

وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ

"Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, disiapkan untuk orang-orang yang bertaqwa". (Surah : Ali –Imran : 133)

Pengamalan Ayat ini antara lain dengan selalu bertanya pada diri sendiri : "Apa yang sebaiknya saya lakukan saat ini". Oleh karena pertanyaan ini akan menyadarkan kita untuk bersegera beribadah, bergegas beramal, tidak menunda-nunda kebaikan. 

Dalam surah lain, Allah SWT berfirman :
فَا سْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ

"Berlombalah kamu dalam kebaikan". Q.S. : Al-Baqarah : 148.

Kalau kita bertanya : "Apa yang sebaiknya saya lakukan saat ini ?". Maka kita bermaksud untuk memotivasi diri kita untuk berlomba dengan orang lain dalam kebaikan dan amal shaleh.

Singkatnya : pertanyaan : "Apa yang sebaiknya saya lakukan saat ini ?" adalah kiat yang sangat baik untuk menghilangkan kelalaian, menghadirkan kesadaran dan memotivasi diri untuk beribadah dan beramal shaleh.

3.   Memperbanyak dzikir
Kiat yang ketiga untuk menghilangkan kelalaian adalah: memperbanyak dzikir. Memperbanyak dzikir adalah perintah Allah Swt :

يَاأَيُّهَا اَّلذِيْنَ آمَنُوا اذْكُرُوْا اللهَ ذِكْرًا كَثِيْرًا وَسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً

"Wahai sekalian orang yang beriman, berdzikirlah kamu kepada Allah dengan dzikir yang banyak, bertasbihlah kamu kepadaNya setiap pagi dan setiap petang ". Surah Al-Ahzab : 41-12

Memperbanyak dzikir berarti berdzikir sesuai dengan sunnah Nabi Saw pada setiap saat, kecuali pada saat kita di kamar mandi. Dzikir yang banyak ialah dengan mengulang ulangi kalimat-kalimat thayyibah :

سُبْحَانَ اللهُ، اَلْحَمْدُ للهِ، اللهُ أَكْبَرْ، لآ إِلَهَ إِلاَّ الله، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَةَ  إِلاَّ  بِاللهِ

"Maha suci Allah, segala Puji bagi Allah, Allah maha Besar, tidak ada Tuhan selain Allah, tidak ada upaya dan tidak ada kekuatan, kecuali dari Allah".

Membaca wirid, tahlil 100 X sehari :

لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ  لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

"Tidak ada Tuhan selain Allah, sendiriNya, tidak ada sekutu bagiNya, miliknya seluruh kekuasaan. milikNya seluruh pujian. Dan DIA maha berkuasa atas segala sesuatu".

Dzikir yang banyak yang sesuai dengan sunnah, sangat efektif menyambung hati  kita dengan Allah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang.

Itulah tiga kiat mengatasi kelalaian dalam hidup keseharian. Marilah kita amalkan ketiga kiat ini dengan niat ikhlas dan mujahadah yang tinggi, kemudian fastaqim ! (beristiqamalah) !


Tidak ada komentar:

SIAPA PELATIH SRIWIJAYA FC ?