Social Icons

Sabtu, 06 Oktober 2012

Kiat untuk Ikhlas


الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، وبعد
Ikhlas adalah perintah Allah Swt dan salah satu syarat diterimanya setiap amal. :
وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا  اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
"Tidaklah mereka (manusia) diperintahkan selain agar mereka beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan kepadaNya seluruh aspek pengamalan agama ini".
Q.S. Al- Bayyinah : 5
Ikhlas secara bahasa berarti kesucian. Dan ulama mendefinisikannya dengan:
"Kesucian hati dari keinginan untuk
mendapatkan sesuatu dari satu amal, selain ridha Allah Swt".
Jadi ikhlas itu adalah niat, keinginan, tujuan, harapan, untuk mendapatkan ridha Allah semata pada setiap amal ibadah kita. Maka ia harus dihadirkan di dalam hati kita pada setiap amal ibadah kita. Bila kita tidak menghadirkannya, maka kita tidak berniat, pada saat itu kita lalai. Marilah kita mengingat dan merenungkan masalah ini :
"Benarkah kita selalu berusaha menghadirkan niat ikhlas setiap kali kita akan shalat ?". "Benarkah kita selalu menghadirkan niat ikhlas setiap kali kita akan bersedekah ?".
"Benarkah kita selalu berniat ikhlas setiap kali kita akan membaca Al-Qur'an ?  Menghadiri pengajian ? Mencari nafkah ?".
Dari rendahnya tingkat efektifitas/ keberhasilan/ keberkahan amal ibadah kita secara umum, dapat kita pahami bahwa salah satu kekurangan kita dalam amal ibadah selama ini ialah bahwa kita tidak menghadirkan niat ikhlas itu. Sekiranya kita selalu menghadirkan niat ikhlas setiap akan shalat, niscaya ibadah shalat kita akan lebih berhasil mendidik kita untuk menjauhi maksiat. Ibadah kita akan lebih berkah sehingga kita lebih bahagia dengan ibadah.
Sesungguhnya perintah peneguhan niat ikhlas di hati ini, kita pahami dari firman Allah swt :
قُلْ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ  وَبِذَلِكَ أُمِرْ تُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ
"Katakanlah : "Sesungguhnya shalatku, seluruh ibadahku/ sembelihanku, seluruh aktifitas kehidupanku, dan penyebab kematianku, kupersembahkan hanya untuk Allah, Tuhan alam semesta. Tidak ada sekutu bagiNya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang pertama yang menyerahkan diri kepada Allah".
QS. Al-An'am : 162-163
Ayat yang mulia ini menjelaskan perintah untuk menegaskan bahwa ibadah shalat dan seluruh bentuk ibadah, hidup dan mati, jiwa dan raga, kita persembahkan hanya kepada Allah semata. Karena kita hanya mencari ridha Allah. Tak ada duaNya !.
Sesungguhnya inilah salah satu dasar pengamalan sebagian saudara kita pengikut madzhab Imam Syafi'i untuk membaca lafazh "Ushalli" setiap kali akan Takbiratul Ihram, baik pada shalat wajib, maupun pada shalat sunnah. Tujuan mereka ialah, untuk meneguhkan niat ikhlas di hati. Masalahnya ialah, lafazh-lafazh "Ushalli" itu tidak bersumber dari Nabi Muhammad Saw. Lafazh-lafazh itu tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Saw, bahkan tidak pula dicontohkan oleh para sahabat beliau.
Kita yang tidak membaca Lafazh "Ushalli" seringkali melakukan kesalahan, karena tidak berniat ikhlas. Kita hanya berniat mau shalat, tapi tidak berniat mau mendapatkan ridha Allah !. Ini Adalah kelalaian. Ini adalah kesalahan. Karena setiap amal itu, dinilai dari niatnya. Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang mendapat apa yang diniatkan". Muttafaq Alaih.
Inilah kiat untuk ikhlas :
1.       Ucapkan dalam hati : "Saya melakukan amal ini untuk mendapatkan ridha Allah semata.". Atau "Saya mengharapkan ridha Allah semata".
Ungkapan ini hanya diucapkan dalam hati, karena ikhlas itu adalah ibadah hati. Tidak diucapkan dengan lisan. Karena tidak ada contohnya dari Nabi Saw.
2.       Melakukan renungan pada urgensi ridha Allah Swt dalam hidup ini.Yaitu dengan membayangkan  betapa bahagianya hidup kita jika kita diridhai oleh Allah Swt. Bangunlah keyakinan bahwa hidup kita akan susah dan sengsara, jika Allah murka kepada kita. Naudzubillah.
Renungan seperti ini sangat penting untuk kita lakukan, agar tertanam kuat dalam kepribadian kita betapa besar peranan ridha Allah dalam hidup ini. Dan bahkan, hidup ini tidak bermakna dan tidak bernilai jika tanpa ridha Allah.
Allah Swt berfirman :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ، فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا، وَنَحْشُرُه ُ  يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
"Siapa yang berpaling dari peringatanku, niscaya dia pasti mendapatkan
 penghidupan yang sempit, dan kami akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Surah Thaha : 124
Semakin sering kita melakukan renungan pada urgensi ridha Allah, niscaya semakin kuat dorongan untuk mendapatkan ridha Allah, dan itulah ikhlas. Dan keinginan itulah yang memotivasi kita untuk meningkatkan ibadah, untuk semakin taat kepada Allah, semakin kuat menjauhi dosa. Karena dosa itu mengundang murka Allah. Dan jika kita semakin ikhlas, maka kita semakin takut berbuat dosa.
3.       Menumbuhkan dan memperkuat kerinduan kepada syurga.
Yaitu dengan melakukan renungan pada kebenaran, kenikmatan dan keabadian Syurga untuk orang-orang yang dirahmati oleh Allah Swt.
Renungan seperti ini sangat penting untuk memperkuat niat ikhlas dan memotivasi kita untuk semakin taat kepada Allah Swt. Oleh karena Allah Swt menjelaskan dalam al-Qur'an kebenaran, kenikmatan dan keabadian Syurga secara rinci, tujuanNya ialah untuk memotivasi secara kuat agar kita memperbaiki dan memperbanyak amal untuk mendapatkan Syurga. Dan kita diajar oleh Rasulullah saw untuk berdo'a secara rutin, memohon Syurga:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ
"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu ridhaMu dan Syurga,
dan aku berlindung kepadaMu dari murkaMu dan Neraka".
Jadi kenginan untuk masuk Syurga itu tidak bertentangan dengan keikhlasan. Tidak sama dengan pendapat sebagian ahli tasawuf bahwa beramal untuk masuk Syurga itu tidak ikhlas. Tidak demikian !. Oleh karena keinginan untuk masuk Syurga itu adalah tanda iman. Kerinduan pada Syurga itu diajarkan oleh Allah dan RasulNya. Allah swt berfirman:
وَسَا رِعُوْ ا إِلَى مَغْفِرَةٍ  مِنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ  أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ
"Bersegeralah kamu kepada ampunan dari TuhanMu dan syurga
yang luasnya seluas langit dan bumi, disiapkan untuk orang-orang
yang bertaqwa ".  Surah Ali Imran : 133
Dan dalam do'a di atas, Rasulullah Saw menggandengkan kata ridha dengan Syurga :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةِ
Ini berarti bahwa keduanya tidak kontradiktif, tidak bertentangan, bahkan sejalan. Karena mustahil Allah Swt meridhai seorang hambaNya lalu tidak dimasukkan ke Syurga, dan mustahil seseorang dimasukkan ke Syurga jika Allah tidak ridha kepadanya.
Kesimpulannya : Hidupkanlah kerinduan untuk masuk Syurga. Perbanyaklah membayangkan Syurga. Karena salah satu kelalaian kita, jika dalam sehari semalam kita tidak pernah mengingat Syurga !.
Syurga adalah cita-cita tertinggi kita.
Syurga adalah tempat terakhir kita, yang abadi
Syurga tujuan seluruh amal ibadah kita.
Syurga lebih kita utamakan dari segalanya.
Demikianlah kita berniat ikhlas. Itulah tiga kiat untuk ikhlas dan semakin ikhlas. Mari kita amalkan kiat ini, dengan penuh kesungguhan, lalu fastaqim (Beristiqamahlah) !


Tidak ada komentar:

SIAPA PELATIH SRIWIJAYA FC ?