الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، وبعد
Ikhlas adalah perintah Allah Swt dan
salah satu syarat diterimanya setiap amal. :
وَمَا
أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ
مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
"Tidaklah
mereka (manusia) diperintahkan selain agar mereka beribadah kepada Allah dengan
mengikhlaskan kepadaNya seluruh aspek pengamalan agama ini".
Q.S. Al-
Bayyinah : 5
Ikhlas secara
bahasa berarti kesucian. Dan ulama mendefinisikannya dengan:
"Kesucian
hati dari keinginan untuk
mendapatkan sesuatu
dari satu amal, selain ridha Allah Swt".
Jadi ikhlas itu
adalah niat, keinginan, tujuan, harapan, untuk mendapatkan ridha Allah semata
pada setiap amal ibadah kita. Maka ia harus dihadirkan di dalam hati kita pada
setiap amal ibadah kita. Bila kita tidak menghadirkannya, maka kita tidak
berniat, pada saat itu kita lalai. Marilah kita mengingat dan merenungkan
masalah ini :
"Benarkah
kita selalu berusaha menghadirkan niat ikhlas setiap kali kita akan shalat
?". "Benarkah kita selalu menghadirkan niat ikhlas setiap kali kita
akan bersedekah ?".
"Benarkah
kita selalu berniat ikhlas setiap kali kita akan membaca Al-Qur'an ? Menghadiri pengajian ? Mencari nafkah ?".
Dari rendahnya
tingkat efektifitas/ keberhasilan/ keberkahan amal ibadah kita secara umum,
dapat kita pahami bahwa salah satu kekurangan kita dalam amal ibadah selama ini
ialah bahwa kita tidak menghadirkan niat ikhlas itu. Sekiranya kita selalu
menghadirkan niat ikhlas setiap akan shalat, niscaya ibadah shalat kita akan
lebih berhasil mendidik kita untuk menjauhi maksiat. Ibadah kita akan lebih
berkah sehingga kita lebih bahagia dengan ibadah.
Sesungguhnya perintah peneguhan niat
ikhlas di hati ini, kita pahami dari firman Allah swt :
قُلْ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ
للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَبِذَلِكَ أُمِرْ تُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ
"Katakanlah
: "Sesungguhnya shalatku, seluruh ibadahku/ sembelihanku, seluruh
aktifitas kehidupanku, dan penyebab kematianku, kupersembahkan hanya untuk
Allah, Tuhan alam semesta. Tidak ada sekutu bagiNya. Demikianlah yang
diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang pertama yang menyerahkan diri
kepada Allah".
QS. Al-An'am :
162-163
Ayat yang mulia
ini menjelaskan perintah untuk menegaskan bahwa ibadah shalat dan seluruh
bentuk ibadah, hidup dan mati, jiwa dan raga, kita persembahkan hanya kepada
Allah semata. Karena kita hanya mencari ridha Allah. Tak ada duaNya !.
Sesungguhnya inilah salah satu dasar
pengamalan sebagian saudara kita pengikut madzhab Imam Syafi'i untuk membaca
lafazh "Ushalli" setiap kali akan Takbiratul Ihram, baik pada shalat
wajib, maupun pada shalat sunnah. Tujuan mereka ialah, untuk meneguhkan niat
ikhlas di hati. Masalahnya ialah, lafazh-lafazh "Ushalli" itu tidak
bersumber dari Nabi Muhammad Saw. Lafazh-lafazh itu tidak pernah dicontohkan
oleh Nabi Saw, bahkan tidak pula dicontohkan oleh para sahabat beliau.
Kita yang tidak membaca Lafazh
"Ushalli" seringkali melakukan kesalahan, karena tidak berniat
ikhlas. Kita hanya berniat mau shalat, tapi tidak berniat mau mendapatkan ridha
Allah !. Ini Adalah kelalaian. Ini adalah kesalahan. Karena setiap amal itu,
dinilai dari niatnya. Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ،
وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya. Dan
sesungguhnya setiap orang mendapat apa yang diniatkan". Muttafaq Alaih.
Inilah kiat untuk ikhlas :
1. Ucapkan dalam
hati : "Saya
melakukan amal ini untuk mendapatkan ridha Allah semata.". Atau "Saya
mengharapkan ridha Allah semata".
Ungkapan ini hanya diucapkan dalam
hati, karena ikhlas itu adalah ibadah hati. Tidak diucapkan dengan lisan.
Karena tidak ada contohnya dari Nabi Saw.
2. Melakukan
renungan pada urgensi
ridha Allah Swt dalam hidup ini.Yaitu dengan membayangkan betapa bahagianya hidup kita jika kita
diridhai oleh Allah Swt. Bangunlah keyakinan bahwa hidup kita akan susah dan
sengsara, jika Allah murka kepada kita. Naudzubillah.
Renungan seperti ini sangat penting
untuk kita lakukan, agar tertanam kuat dalam kepribadian kita betapa besar
peranan ridha Allah dalam hidup ini. Dan bahkan, hidup ini tidak bermakna dan
tidak bernilai jika tanpa ridha Allah.
Allah Swt berfirman :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ، فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً
ضَنْكًا، وَنَحْشُرُه ُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَعْمَى
"Siapa
yang berpaling dari peringatanku, niscaya dia pasti mendapatkan
penghidupan yang sempit, dan kami akan
membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Surah Thaha : 124
Semakin sering kita melakukan
renungan pada urgensi ridha Allah, niscaya semakin kuat dorongan untuk
mendapatkan ridha Allah, dan itulah ikhlas. Dan keinginan itulah yang
memotivasi kita untuk meningkatkan ibadah, untuk semakin taat kepada Allah, semakin
kuat menjauhi dosa. Karena dosa itu mengundang murka Allah. Dan jika kita
semakin ikhlas, maka kita semakin takut berbuat dosa.
3. Menumbuhkan dan
memperkuat kerinduan kepada syurga.
Yaitu dengan melakukan renungan pada
kebenaran, kenikmatan dan keabadian Syurga untuk orang-orang yang dirahmati
oleh Allah Swt.
Renungan seperti ini sangat penting
untuk memperkuat niat ikhlas dan memotivasi kita untuk semakin taat kepada
Allah Swt. Oleh karena Allah Swt menjelaskan dalam al-Qur'an kebenaran,
kenikmatan dan keabadian Syurga secara rinci, tujuanNya ialah untuk memotivasi
secara kuat agar kita memperbaiki dan memperbanyak amal untuk mendapatkan
Syurga. Dan kita diajar oleh Rasulullah saw untuk berdo'a secara rutin, memohon
Syurga:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ
أَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ
"Ya
Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu ridhaMu dan Syurga,
dan aku
berlindung kepadaMu dari murkaMu dan Neraka".
Jadi kenginan untuk masuk Syurga itu
tidak bertentangan dengan keikhlasan. Tidak sama dengan pendapat sebagian ahli
tasawuf bahwa beramal untuk masuk Syurga itu tidak ikhlas. Tidak
demikian !. Oleh karena keinginan untuk masuk Syurga itu adalah tanda iman.
Kerinduan pada Syurga itu diajarkan oleh Allah dan RasulNya. Allah swt
berfirman:
وَسَا رِعُوْ ا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِيْنَ
"Bersegeralah
kamu kepada ampunan dari TuhanMu dan syurga
yang luasnya
seluas langit dan bumi, disiapkan untuk orang-orang
yang bertaqwa
". Surah Ali Imran : 133
Dan dalam do'a di atas, Rasulullah
Saw menggandengkan kata ridha dengan Syurga :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةِ
Ini berarti bahwa keduanya tidak
kontradiktif, tidak bertentangan, bahkan sejalan. Karena mustahil Allah Swt
meridhai seorang hambaNya lalu tidak dimasukkan ke Syurga, dan mustahil
seseorang dimasukkan ke Syurga jika Allah tidak ridha kepadanya.
Kesimpulannya : Hidupkanlah kerinduan untuk masuk Syurga. Perbanyaklah
membayangkan Syurga. Karena salah satu kelalaian kita, jika dalam sehari
semalam kita tidak pernah mengingat Syurga !.
Syurga adalah cita-cita tertinggi kita.
Syurga adalah tempat terakhir kita, yang abadi
Syurga tujuan seluruh amal ibadah kita.
Syurga lebih kita utamakan dari segalanya.
Demikianlah kita berniat ikhlas.
Itulah tiga kiat untuk ikhlas dan semakin ikhlas. Mari kita amalkan kiat ini,
dengan penuh kesungguhan, lalu fastaqim (Beristiqamahlah) !