Setiap muslim dimotivasi oleh imannya untuk senantiasa
meningkatkan keyakinannya, ibadahnya, akhlaknya, sesuai perintah Allah swt dan
Rasulullah saw. Demikianlah tabiat iman yang benar, selalu mengingatkan, selalu
menasehati, selalu memotivasi untuk senantiasa lebih baik.
Iman inilah yang membuat seorang muslim senang pada
nasehat, pelajaran Islam, ceramah, tulisan-tulisan Islam, serta semua saran
peningkatan iman dalam arti seluas-luasnya.
Iman inilah yang membuat seorang muslim sensitif terhadap
semua tanda kebesaran dan kekuasan Allah pada alam semesta, semua ayat
Al-Qur’an dan sunnah Nabi saw, bahkan sensitif terhadap dosa dan kelalaian,
yang pada gilirannya, memotivasi untuk bertaubat, beristigfar yang panjang dan
khusyu’, memperbaiki diri dan memperbaiki orang lain.
Dalam konteks inilah kita melakukan renungan agar hati
kita semakin sensitif secara imani, semakin halus dan lembut, semakin mampu dan
kuat menangkap pesan-pesan Allah swt pada alam semesta dan dalam Al-Qu’an,
semakin mampu dan kuat untuk mempertahankan kesadaran imani dan semakin kuat
meningkatkan amal ibadah yang diridhai Allah swt.
Allah swt berfirman :
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأُولِي الأَلْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ
وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا
بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلْ النَّارَ فَقَدْ
أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berfikir (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan
ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia dan tidak ada bagi
orang-orang yang zhalim seorang penolong pun (QS : Ali Imran 190-192)
Setiap hari, langit dan bumi menasehati kita agar kita
mau sadar bahwa kita adalah makhluk yang amat sangat lemah sekali di hadapan
Allah swt. Setiap hari, langit dan bumi mengajak kita untuk menyadari betapa
kecilnya kita di hadapan Allah swt. Mari kita simak nasehat Allah swt lewat
langit dan bumi :
“Dia meninggikan bangunannya lalu
menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan
siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan
daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung
dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk
binatang-binatang ternakmu. Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari
kiamat) telah datang. (QS : An-Nazi’at : 27-33)
Setiap hari, pergantian siang dan
malam merupakan nasehat bagi kita semua untuk menyadari betapa besar kekuasan
Allah swt. Pergantian siang dan malam tidak terjadi dengan sendirinya. Mari
kita simak nasehat Allah swt tentang pergantian siang dan malam :
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ اللَّيْلَ
سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ
بِضِيَاءٍ أَفَلاً تَسْمَعُونَ قُلْ
أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ
أَفَلَا تُبْصِرُونَ(72) وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمْ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Katakanlah, "Terangkanlah
kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari
kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang
kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?" Katakanlah,
"Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus
menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan
malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak
memperhatikan?" Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan
siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari
sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur
kepada-Nya. (QS :
Al-Qashas : 71-73)
Allahu Akbar. Al-Qur’an benar-benar
berbicara dengan logika kita. Al-Qur’an benar-benar mengajak kita berfikir.
Kita befikir untuk beriman dan meningkatkan iman. Kita berfikir untuk
menghayati cinta dan takut kepada Allah swt. Kita befikir untuk menghayati
khusyu’. Kita befikir untuk memperbanyak dzikir dan do’a. Kita befikir untuk
menyebarkan ajaran Allah swt. Kita berfikir karena fikiran yang dilandasi oleh
iman, itulah yang sanggup menangkap pesan-pesan Allah, nasehat-nasehat Allah
pada alam semesta dan pada Al-Qur’an.
Kita memang kurang berfikir,
sehingga kita jarang membaca.
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka.
Kita memang kurang berpikir,
sehingga kita masih kurang takut kepada neraka. Buktinya, kita masih banyak berbuat
dosa. Buktinya, kita masih kurang perhatian kepada peningkatan ibadah.
Kita memang kurang berpikir,
sehingga kita masih sering takabbur, lupa diri, tidak tahu diri, tidak
menyadari diri kita sebagai hamba yang kecil, hamba yang lemah, hamba yang
kotor, hamba yang busuk. Astagfirullah Al-‘Azim.
Kita memang kurang berpikir, sehinga
masih kurang perhatian kita kepada Al-Qur’an, kurang membaca Al-Qur’an, kurang mempelajari
Al-Qur’an, kurang semangat mempelopori pengajian Al-Qur’an, kurang keinginan mempelopori
pendidikan Al-Qur’an. Masih kurang perhatian kita kepada penyelamatan keluarga
dan masyarakat kita dari murka dan adzab Allah swt.
Kita memang kurang berpikir,
sehingga kita masih kagum kepada ahli dosa daripada ahli ibadah. Kita lebih
kagum kepada orang kaya karena kekayaannya semata, dari pada penghafal Qur’an
yang miskin.
Karena kita masih kurang berpikir,
karena kita masih kurang mampu menangkap pesan-pesan Allah lewat alam semesta
dan lewat Al-Qur’an yang kita anggap biasa-biasa saja, maka Allah swt
menampakkan kekuasaan-Nya yang lebih dahsyat dengan menggerakkan alam tidak
seperti biasanya, lalu terjadilah banjir, tersemburlah lumpur panas beracun,
terjadilah gempa bumi, terjadilah tsunami, terjadilah longsor, gunung meletus,
angin topan, puting beliung, kebakaran, kapal laut tenggelam, pesawat udara
jatuh, dan sebagainya.
Sejak akhir tahun lalu, banjir
dahsyat menimpa Aceh, tanah longsor menimpa beberapa daerah di Sumatera. Pada
tanggal 20 Desember 2006 kapal Feri Sentosa 89 tenggelam di dekat pulau Bintan,
kepulauan Riau. Pada tanggal 28 Desember 2006 kapal Feri Star I tenggelam di
muara Sungsang, selat Bangka. Pada hari yang sama, tenggelam pula KM Nur
Budiman di perairan Luwuk. sehari setelahnya, jum’at, 29 Desember 2006 tenggelam pula KM Senopati di perairan
Masalembo, dekat pulau Mandalika, Rembang, Jawa Tengah. Pada hari Senin 1
Januari 2007 pesawat Adam Air boeing 737-400 yang lepas landas dari bandara
Juanda, Surabaya menuju Manado, jatuh. Astagfirullah Al-‘Azim.
Iman kita mengatakan :
Ini nasehat
Allah kepada kita semua. Ini teguran Allah kepada kita semua. Allah swt
menggerakkan makhluk-Nya untuk membangunkan kita dari kelalaian. Allah swt menggerakkan
ciptaan-Nya untuk mengatakan kepada kita semua : “Kembalilah ke jalan Allah
swt!”
Iman kita mengerakkan lidah kita
untuk memperbanyak istigfar ketika hujan deras menghantam daerah kita yang
seakan tidak mau berhenti. Istigfar yang panjang kita ucapkan melihat banjir di
Makassar, Maros dan sekitarnya. Kita beristigfar, memohon ampunan Allah swt,
karena kita menyadari bahwa sangat banyak dosa dan pelanggaran kita. Sangat panjang
daftar kesalahan dan kelalaian kita. Kita beristigfar karena kita takut kepada
Allah. Kita takut kalau Allah marah kepada kita, lalu kita diadzab oleh Allah.
Na’udzubillah. Kita beristigfar, agar Allah menyayangi kita, agar Allah
memaafkan dosa dan kesalahan kita.
Iman kita menggerakkan kita untuk
cepat-cepat ke masjid pada waktu-waktu shalat, termasuk pada shalat shubuh.
Kita menegakkan shalat secara lebih tenang, lebih khusyu’, lebih lambat, lebih
dihayati. Iman kita menggerakkan kita untuk rajin shalat sunnah rawatib,
qiyamullail, shalat dhuha, rajin membaca Al-Qur’an, membaca tulisan tentang
Islam, rajin mengikuti pengajian, rajin bersedekah, rajin memberi nasehat
kepada keluarga dan masyarakat.
Demikianlah kerja iman setelah ia
memahami nasehat-nasehat Allah swt pada alam semesta dan pada Al-Qur’an.
Demikianlah iman ini membawa kita pada
spiritualitas yang dalam, tinggi dan kuat, sehingga kita semakin bahagia,
semakin tenang, semakin bijak, semakin kuat, semakin mulia. Demikianlah
seharusnya kita menyerap pesan-pesan Allah yang disampaikan lewat alam ciptaan-Nya.
Tapi, jika sekiranya iman kita belum
menggerakkan kita untuk bertaubat nasuha, belum memotivasi untuk
bersungguh-sungguh beribadah, belum mendorong bersungguh-sungguh memperbaiki
diri dan memperbaiki orang lain, bisa kita bayangkan alangkah lalainya kita!
Alangkah kerasnya hati kita! Alangkah lemahnya iman kita! Alangkah parahnya
penyakit di hati kita!
Jika sekiranya, setelah kita melihat
semua musibah yang menimpa saudara-saudara kita, lalu kita hanya beristigfar
beberapa kali, setelah itu kita kembali menikmati dosa, kembali kepada
kemalasan beribadah, kembali pada kesibukan menipu, menzalimi orang lain, tetap
membiarkan keluarga kita dalam kelalaian, mari kita bertanya pada diri kita :
di mana iman saya? Bukankah ini yang disebut “punya mata tapi tidak melihat”?
“punya hati tapi tidak berpikir”?. Na’udzubillah. Astagfirullah.
Mari kita simak firman Allah swt
berikut ini :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنْ الْجِنِّ وَالْلإِنْسِ
لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَ يُبْصِرُونَ بِهَا
وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ
أُوْلَئِكَ هُمْ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk
isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS : Al-A’raf
: 179)
Mari katakan kepada diri kita masing-masing : “Saya orang
beriman”. Saya muslim-muslimah. Saya mu’min-mu’minah”. “Saya sadar. Saya taubat”.
“saya bangkit. Saya perbaiki diri”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar