Sebuah renungan dalam upaya mencari Konsep Kebangkitan.
Bagi yang mengikuti perkembangan
informasi dunia Islam dan minoritas Muslim di berbagai kawasan dunia, tentu
telah mengetahui betapa kondisi ummat ini sangat mengenaskan setiap muslim yang
masih memiliki seberkas cahaya Iman dalam rongga dadanya …
Kondisi ini
sangat bertentangan dengan hakikat Konsepsi Islam yang “Ya’lu wa la yu’la
‘alaih”
Bertentangan dengan sifat ummat yang
diberi gelar oleh Allah ini sebagai “Khairu Ummah”
Dengan tanpa
mengabaikan sisi-sisi positif ummat kita dan Shohwah yang tengah merambah,
tulisan ini hadir sebagai upaya sederhana untuk berpartisipasi aktif dan
positif dalam diskusi yang mubarak ini.
Wabillahi Taufik ….
Dalam perjalanan
sejarah ummat ini, nampak benar adanya pasang surut peran yang dilakonkan oleh
para pendahulu kita dalam pentas sejarah dunia. Untuk lebih menyederhanakan
renungan ini, kita mencoba menganalisa secara singkat kondisi ummat kita sejak
runtuhnya Khilafah Utsmaniyah tahun 1924, yang sesungguhnya kejadian yang
sangat tragis inilah yang mengawali serentetan luka dan kepedihan ummat kita
sampai sekarang.
Ekspansi
kolonialis barat ke negeri Islam, sesungguhnya telah bermula pada akhir
Khilafah Utsmaniyah, namun setelah khilafah itu dibubarkan oleh tangan jahat
Alma’un Mushthofah Kamal Ataturk, semakin gencarlah pendudukan barat dihampir
seluruh wilayah Islam, berbarengan dengan ekspansi pemikiran (Al Ghozwul Fikri)
yang sangat banyak menguras potensi ummat kita, baik yang bersifat material,
maupun yang bersifat immaterial.
a. Al Muhassirat
Al Muhassirat (hal-hal yang menyedihkan) dari penjajahan barat di negeri
Islam dan dampak ekspansi pemikiran, sangat banyak, yang secara keseluruhan
menjadi penyebab utama keterbelakangan dan sejumlah bencana yang didertia oleh
ummat ini
Dalam kesempatan
ini, dapat kita sebutkan sebagian dari Al Muhassirat itu sebagai contoh, antara
lain :
- Sekularisme.
Sekularisme yang secara
singkat berarti pemisahan agama dari kehidupan social dan politik, sesungguhnya
adalah warisan penjajah dan hasil ekspansi pemikiran yang sangat parah, yang
justeru banyak menjangkiti ummat kita dengan kadar yang beragam, ada yang ganas
/ aktif, ada pula yang jinak / pasif
- Materialisme.
Realitas mayoritas
masyarakat kita yang berhaluan materi, menjadikan harta sebagai tujuan dan gaya hidup, masih menjadi
beban berat setiap muslim yang akan tampil sebagai Mushlihun. Sebab dalam
berbagai fakta dan kasus, materi dengan berbagai bentuknya telah menjadi
berhala/tuhan yang disembah selain Allah.
- Jahiliahisme.
Sikap taklid buta,
kemalasan mengejar ketinggalan dibidang keilmuan, fanatik kesukuan, fanatik
organisasi, fanatik golongan, pengkultusan para wali, keaktifan dalam thareqat
dan aliran sesat, adalah sebagian kecil dari fenomena kejahilan ummat kita.
Pada (hal) yang seperti inilah hati ini luluh karena sedih. Jika dalam hati
ini masih ada Islam, dan masih Iman.
Dari kenyataan inilah sehingga walaupun sebagian besar negeri Islam telah
memperoleh kemerdekaannya secara administrative, namun kita masih terjajah
dengan sub ordinasi dibidang “sospol Dikbud Ekin” terhadap musuh-musuh kita,
yang pada gilirannya setiap upaya reformasi/ishlah pada bidang-bidang ini
selalu dianggap ekstrim, fundamentalis, radikal, pengacau stabilitas keamanan
dan segudang tuduhan lainnya.
Kenyataan ini pulalah yang membuat nasib kebanyakan minoritas Muslim
diberbagai kawasan sangat memprihatinkan. Kepedihan Kasymir, jeritan Miyanmar,
ketakutan Srilanka, gerilya Moro, pilu Albania, tangis Thajikistan, cemas India,
banjir darah Bosnia, contoh singkat dari sekian banyak musibah yang menimpa
kita yang terus berlanjut seakan berpacu dengan kantor-kantor berita
Internasional.
Kemasa saja anda memandang (ummat) Islam dalam sebuah negeri, anda akan
menjumpainya bagai burung yang terputus kedua sayapnya.
Sumber
bencana . .
Berbagai bencana yang menerpa ummat ini. Ada yang bersifat riil, konkrit,
mulai dari pendudukan Masjidil Aqsha oleh kaum Yahudi (1947), sampai pada
peruntuhan Masjid Baberi oleh kaum Hindu (1992). Mulai dari pengusiran di Jammu
dan Arakan (40 tahun lalu), sampai pada pengusiran di Palestina dan Thajikistan
(1992).
Jarak waktu diantara contor-contoh diatas, sarat dengan tangis jerit,
pilu cemas, lapar dingin, bahkan darah segar saudara-saudara se Islam kita . .
.
Selain itu, ada pula bencana yang bersifat abstrak, immaterial, mulai
dari Almunkarul Akbar, sampai pada konser musik yang semakin digandrungi. Diantara
keduanya, terbentang sederetan dosa besar yang dilakukan secara demonstratif
detengah masyarakat kita.
Ironisnya, ditengah badai bencana dahsyat menghempas ummat ini, masih cukup
banyak dari ummat kita yang tak merasakannya, passif, statis, tenang-tenang
saja, seakan tak punya problem. Jika anda tahu (tanpa ada reaksi positif) maka
hal itu adalah musibah, dan jika anda tidak tahu, maka mushibah itu lebih besar
lagi.
Sesungguhnya seluruh kepedihan yang diderita oleh ummat kita ini adalah
konsekuensi logis dari perpalingan kita dari petunjuk Allah dan RasulNya.
Kesimpulan inilah
yang kita jumpai jika kita mencari sumber bencana yang sebenarnya, dalam Al
Qur’an dan As Sunnah.
Allah SWT
berfirman :
“Dan mushibah apa saja yang menimpa kamu, maka
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(kesalahan-kesalahanmu)”. QS : As Syuro : 30
“Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuKu,
ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan
barangsiapa yang berpaling dari peringatanMu, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam
keadaan buta”
QS :
Thoha : 123 – 124
“Katakanlah : “Jika bapak-bapak kamu, anak-anak
kamu,
saudara-saudara kamu, isteri-isteri kamu, kaum
keluarga kamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu
khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu senangi,
adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad
dijalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan/adzabNya, dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq”. QS : At
Taubah : 24
Dari ayat-ayat diatas dapat kita memahami penyebab penderitaan yang dialami
oleh ummat ini. Tidaklah sekularisme, materialisme, jahiliahisme, melainkan
sebagian dari contoh konkrit dari perpalingan kita dari Manhaj Allah SWT dan
Rasul-Nya SAW.
Dalam sebuah Hadits lebih jelas disinyalir oleh Rasulullah SAW kondisi
ummat ini, serta penyebab kondisi tersebut :
“ Tak lama lagi, seluruh bangsa dari segenap
penjuru
akan menyerang kamu, sebagaimana orang-orang lapar
mengelilingi hidangan. Para shahabat bertanya : “Ya Rasulullah. Apakah karena
kami saat itu sedikit (jumlahnya ?)”. Beliau menjawab : “Tidak, akan tetapi
kamu (saat itu) buih, bagai buih banjir, tertanam Al Wahn / kelemahan dalam
dadamu dan tercabut rasa takut dari lawan-lawanmu (menghadapimu), karena kamu
(sangat) cinta dunia dan takut mati”.
HR. Abu Dawud dan Imam Ahmad
(Shohih Al Jami’ Al Shoghir / Al Bani : 8183)
Konsep
Kebangkitan.
Dalam situasi yang demikian ini, kita sebagai generasi muda Islam yang
mendapat karunia besar dari Allah, dapat menuntut ilmu-ilmu keIslaman dari
sumber-sumbernya yang asli, wajib merasa terpanggil untuk menunaikan Amanah
Allah dengan penuh optimisme, taqarrub ilalLah dan ila Manhajillah, kita tampil
memperbaiki keadaan dengan konsep yang sempurna dan tahapan Ishlah yang tepat.
Kesatuan Visi dan persepsi kita terhadap problematika ummat dan
penyele-saiannya, sangat menentukan sosok wujud ummat kita pada masa mendatang.
Sebagai penerus perjuangan Rasulullah SAW, tentu sejarah perjuangan
beliaulah yang menjadi rujukan kita dalam upaya Ishlah. Melalui kajian
sederhana terhadap konsep da’wah dan perjuangan Rasulullah SAW, kita menemukan
bahwa beliau tidak hanya sekedar bertabigh, mengajak dan menyeru, tapi beliau
selanjutnya, membina, mengkader, menyusun kekuatan yang paripurna, yang menjadi
awal kebangkitan dan kejayaan ummat Islam pada masa beliau SAW dan pada masa
para Shahabat Ra.
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman, ketika Allah mengutus mereka seorang rasul dari
golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al
Hikmah, dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar
dalam kesesatan yang nyata “
QS : Ali Imran “ 164
Tilawah, Tazkiyah dan Ta’lim yang menjadi missi suci Rasulullah SAW
benar-benar beliau tegakkan dalam pola Tarbiyah yang sempurna. Konsep Tarbiyah
(pembinaan yang terpadu dan kontinyu), telah dibuktikan kebenaran dan
keampuhannya oleh sang Murabbi yang mulia, Rasulullah SAW dalam mengantar ummat
ini kejalan Allah, jalan kemuliaan dan keselamatan mereka.
“Tarbiyah Imaniyah / Rabbaniyah,
adalah syarat pertama dalam upaya melahirkan generasi
yang memenangkan (ummat) Islam”.
(DR.
Yusuf Al Qardhawi “Awlawiyat Al Harokah Al Islamiyah” : 75)
Hanya melalui Tarbiyahlah kita dapat menempa pribadi
menjadi insane rabbani, lalu menjadi “Unsur Taghyir” yang efektif dalam
keluarga dan masyarakat.
Dengan Tarbiyah kita dapat mewujudkan ukhuwah islamiyah
yang hakiki, beramal jama’I dalam amal Islami, menata potensi ummat dalam
perjalanan penjang mereka untuk mewujudkan cita-cita mulia mereka.
Jika antum antusias terhadap
persoalan ummat, berkeinginan keras untuk mencari solusi yang terbaik untuk
Iqomatud Diin, agar ummat ini meraih kembali “Izzah nya, ada baiknya antum
meluangkan waktu untuk mengkaji beberapa referensi penting yang berkaitan
dengan hal ini, antara lain :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar