Social Icons

Jumat, 12 Oktober 2012

REALITAS UMMAT


 

Sebuah renungan dalam upaya mencari Konsep Kebangkitan.


Bagi yang mengikuti perkembangan informasi dunia Islam dan minoritas Muslim di berbagai kawasan dunia, tentu telah mengetahui betapa kondisi ummat ini sangat mengenaskan setiap muslim yang masih memiliki seberkas cahaya Iman dalam rongga dadanya …
Kondisi ini sangat bertentangan dengan hakikat Konsepsi Islam yang “Ya’lu wa la yu’la ‘alaih”
Bertentangan dengan sifat ummat yang diberi gelar oleh Allah ini sebagai “Khairu Ummah”
Dengan tanpa mengabaikan sisi-sisi positif ummat kita dan Shohwah yang tengah merambah, tulisan ini hadir sebagai upaya sederhana untuk berpartisipasi aktif dan positif dalam diskusi yang mubarak ini.
Wabillahi Taufik ….

Dalam perjalanan sejarah ummat ini, nampak benar adanya pasang surut peran yang dilakonkan oleh para pendahulu kita dalam pentas sejarah dunia. Untuk lebih menyederhanakan renungan ini, kita mencoba menganalisa secara singkat kondisi ummat kita sejak runtuhnya Khilafah Utsmaniyah tahun 1924, yang sesungguhnya kejadian yang sangat tragis inilah yang mengawali serentetan luka dan kepedihan ummat kita sampai sekarang.
Ekspansi kolonialis barat ke negeri Islam, sesungguhnya telah bermula pada akhir Khilafah Utsmaniyah, namun setelah khilafah itu dibubarkan oleh tangan jahat Alma’un Mushthofah Kamal Ataturk, semakin gencarlah pendudukan barat dihampir seluruh wilayah Islam, berbarengan dengan ekspansi pemikiran (Al Ghozwul Fikri) yang sangat banyak menguras potensi ummat kita, baik yang bersifat material, maupun yang bersifat immaterial.

a.   Al Muhassirat
Al Muhassirat (hal-hal yang menyedihkan) dari penjajahan barat di negeri Islam dan dampak ekspansi pemikiran, sangat banyak, yang secara keseluruhan menjadi penyebab utama keterbelakangan dan sejumlah bencana yang didertia oleh ummat ini
Dalam kesempatan ini, dapat kita sebutkan sebagian dari Al Muhassirat itu sebagai contoh, antara lain :

  1. Sekularisme.
Sekularisme yang secara singkat berarti pemisahan agama dari kehidupan social dan politik, sesungguhnya adalah warisan penjajah dan hasil ekspansi pemikiran yang sangat parah, yang justeru banyak menjangkiti ummat kita dengan kadar yang beragam, ada yang ganas / aktif, ada pula yang jinak / pasif



  1. Materialisme.
Realitas mayoritas masyarakat kita yang berhaluan materi, menjadikan harta sebagai tujuan dan gaya hidup, masih menjadi beban berat setiap muslim yang akan tampil sebagai Mushlihun. Sebab dalam berbagai fakta dan kasus, materi dengan berbagai bentuknya telah menjadi berhala/tuhan yang disembah selain Allah.

  1. Jahiliahisme.
Sikap taklid buta, kemalasan mengejar ketinggalan dibidang keilmuan, fanatik kesukuan, fanatik organisasi, fanatik golongan, pengkultusan para wali, keaktifan dalam thareqat dan aliran sesat, adalah sebagian kecil dari fenomena kejahilan ummat kita.

Pada (hal) yang seperti inilah hati ini luluh karena sedih. Jika dalam hati ini masih ada Islam, dan masih Iman.
Dari kenyataan inilah sehingga walaupun sebagian besar negeri Islam telah memperoleh kemerdekaannya secara administrative, namun kita masih terjajah dengan sub ordinasi dibidang “sospol Dikbud Ekin” terhadap musuh-musuh kita, yang pada gilirannya setiap upaya reformasi/ishlah pada bidang-bidang ini selalu dianggap ekstrim, fundamentalis, radikal, pengacau stabilitas keamanan dan segudang tuduhan lainnya.
Kenyataan ini pulalah yang membuat nasib kebanyakan minoritas Muslim diberbagai kawasan sangat memprihatinkan. Kepedihan Kasymir, jeritan Miyanmar, ketakutan Srilanka, gerilya Moro, pilu Albania, tangis Thajikistan, cemas India, banjir darah Bosnia, contoh singkat dari sekian banyak musibah yang menimpa kita yang terus berlanjut seakan berpacu dengan kantor-kantor berita Internasional.
Kemasa saja anda memandang (ummat) Islam dalam sebuah negeri, anda akan menjumpainya bagai burung yang terputus kedua sayapnya.

Sumber bencana . .
Berbagai bencana yang menerpa ummat ini. Ada yang bersifat riil, konkrit, mulai dari pendudukan Masjidil Aqsha oleh kaum Yahudi (1947), sampai pada peruntuhan Masjid Baberi oleh kaum Hindu (1992). Mulai dari pengusiran di Jammu dan Arakan (40 tahun lalu), sampai pada pengusiran di Palestina dan Thajikistan (1992).
Jarak waktu diantara contor-contoh diatas, sarat dengan tangis jerit, pilu cemas, lapar dingin, bahkan darah segar saudara-saudara se Islam kita . . .

Selain itu, ada pula bencana yang bersifat abstrak, immaterial, mulai dari Almunkarul Akbar, sampai pada konser musik yang semakin digandrungi. Diantara keduanya, terbentang sederetan dosa besar yang dilakukan secara demonstratif detengah masyarakat kita.
Ironisnya, ditengah badai bencana dahsyat menghempas ummat ini, masih cukup banyak dari ummat kita yang tak merasakannya, passif, statis, tenang-tenang saja, seakan tak punya problem. Jika anda tahu (tanpa ada reaksi positif) maka hal itu adalah musibah, dan jika anda tidak tahu, maka mushibah itu lebih besar lagi.
Sesungguhnya seluruh kepedihan yang diderita oleh ummat kita ini adalah konsekuensi logis dari perpalingan kita dari petunjuk Allah dan RasulNya.

Kesimpulan inilah yang kita jumpai jika kita mencari sumber bencana yang sebenarnya, dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Allah SWT berfirman :

“Dan mushibah apa saja yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (kesalahan-kesalahanmu)”. QS : As Syuro : 30


“Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuKu,
ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanMu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta”
QS : Thoha : 123 – 124


“Katakanlah : “Jika bapak-bapak kamu, anak-anak kamu,
saudara-saudara kamu, isteri-isteri kamu, kaum keluarga kamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu senangi, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad dijalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan/adzabNya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq”. QS : At Taubah : 24

Dari ayat-ayat diatas dapat kita memahami penyebab penderitaan yang dialami oleh ummat ini. Tidaklah sekularisme, materialisme, jahiliahisme, melainkan sebagian dari contoh konkrit dari perpalingan kita dari Manhaj Allah SWT dan Rasul-Nya SAW.
Dalam sebuah Hadits lebih jelas disinyalir oleh Rasulullah SAW kondisi ummat ini, serta penyebab kondisi tersebut :


“ Tak lama lagi, seluruh bangsa dari segenap penjuru
akan menyerang kamu, sebagaimana orang-orang lapar mengelilingi hidangan. Para shahabat bertanya : “Ya Rasulullah. Apakah karena kami saat itu sedikit (jumlahnya ?)”. Beliau menjawab : “Tidak, akan tetapi kamu (saat itu) buih, bagai buih banjir, tertanam Al Wahn / kelemahan dalam dadamu dan tercabut rasa takut dari lawan-lawanmu (menghadapimu), karena kamu (sangat) cinta dunia dan takut mati”.

HR. Abu Dawud dan Imam Ahmad

(Shohih Al Jami’ Al Shoghir / Al Bani : 8183)

Konsep Kebangkitan.
Dalam situasi yang demikian ini, kita sebagai generasi muda Islam yang mendapat karunia besar dari Allah, dapat menuntut ilmu-ilmu keIslaman dari sumber-sumbernya yang asli, wajib merasa terpanggil untuk menunaikan Amanah Allah dengan penuh optimisme, taqarrub ilalLah dan ila Manhajillah, kita tampil memperbaiki keadaan dengan konsep yang sempurna dan tahapan Ishlah yang tepat.
Kesatuan Visi dan persepsi kita terhadap problematika ummat dan penyele-saiannya, sangat menentukan sosok wujud ummat kita pada masa mendatang.
Sebagai penerus perjuangan Rasulullah SAW, tentu sejarah perjuangan beliaulah yang menjadi rujukan kita dalam upaya Ishlah. Melalui kajian sederhana terhadap konsep da’wah dan perjuangan Rasulullah SAW, kita menemukan bahwa beliau tidak hanya sekedar bertabigh, mengajak dan menyeru, tapi beliau selanjutnya, membina, mengkader, menyusun kekuatan yang paripurna, yang menjadi awal kebangkitan dan kejayaan ummat Islam pada masa beliau SAW dan pada masa para Shahabat Ra.


“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman, ketika Allah mengutus mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah, dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata “
QS : Ali Imran “ 164

Tilawah, Tazkiyah dan Ta’lim yang menjadi missi suci Rasulullah SAW benar-benar beliau tegakkan dalam pola Tarbiyah yang sempurna. Konsep Tarbiyah (pembinaan yang terpadu dan kontinyu), telah dibuktikan kebenaran dan keampuhannya oleh sang Murabbi yang mulia, Rasulullah SAW dalam mengantar ummat ini kejalan Allah, jalan kemuliaan dan keselamatan mereka.

“Tarbiyah Imaniyah / Rabbaniyah,
adalah syarat pertama dalam upaya melahirkan generasi yang memenangkan (ummat) Islam”.
                  (DR. Yusuf Al Qardhawi “Awlawiyat Al Harokah Al Islamiyah” : 75)

Hanya melalui Tarbiyahlah kita dapat menempa pribadi menjadi insane rabbani, lalu menjadi “Unsur Taghyir” yang efektif dalam keluarga dan masyarakat.
Dengan Tarbiyah kita dapat mewujudkan ukhuwah islamiyah yang hakiki, beramal jama’I dalam amal Islami, menata potensi ummat dalam perjalanan penjang mereka untuk mewujudkan cita-cita mulia mereka.

b.  Al Mubasysyirat.
Dalam memperbincangkan realitas ummat, kita tak boleh melupakan sisi-sisi positif yang ada da tengah berkembang di masyarakat.
Mulai dari ribuan pesantren dan madrasah islam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, sampai pada fenomena meningkatnya minat remaja-remaja muslim terhadap pengajian, buku-buku islam dan pakaian islam.
Mulai dari ratusan organisasi dan yayasan islam, sampai pada kebangkitan mesyarakat muslim diberbagai negara, menuntut agar islam sebagai pilihan satu-satunya yang mengatur kehidupan mereka.
Mulai dari solidaritas ummat islam terhadap jihad Afghanistan, Kasymir, Moro, Bosnia, Palestina, dst. Dengan ceramah, seminar, pameran poster, pengumpulan dana, bahkan dengan senjata dan jiwa raga, sampai pada keberhasilan mereka menegakkan system pemerintahan yang benar-benar tak berafiliasi ke Timur maupun Barat.
Diantara perimbangan-perimbangan diatas, terhadap Al Mubasysyirat (hal-hal yang menggembirakan) yang sangat banyak, suatu kenyataan yang seharusnya membangkitkan optimisme kita, lalu dibarengi dengan jihad, melalui Tarbiyah yang efektif.
Semoga dengan demikian kita dapat mengarahkan shohwah yang tengan mulai memasyarakat, kearah yang lebih positif, lebih sempurna.
Kini, apakah kita masih  ingin  tertutup dan mengisolir diri dari sesama muslim kita ?. Atau kita masih betah tersekat dengan organisasi dan yayasan kita masing-masing ?. Atau, sampai sekarang kita masih belum merasakan beratnya Amanah di pundak kita semua ?.
Untuk menjawab  pertanyaan-pertanyaan ini, tentu terpulang pada diri kita semua . .

Wallahul Muwaffiq ila Sawais Sabil . . .

                                                                                    Dirah, 7 Syawal 1413

Akhi,

Jika antum antusias terhadap persoalan ummat, berkeinginan keras untuk mencari solusi yang terbaik untuk Iqomatud Diin, agar ummat ini meraih kembali “Izzah nya, ada baiknya antum meluangkan waktu untuk mengkaji beberapa referensi penting yang berkaitan dengan hal ini, antara lain :

Mudzakkir Muhammad Arif


Tidak ada komentar:

SIAPA PELATIH SRIWIJAYA FC ?