الحمد
لله والصلاة والسلام على رسول الله، وبعد
Merupakan tugas kita semua, menyambungkan hidup ini
dengan Allah, Al-Ilah, sesembahan
satu-satunya, Ar-Rabb, Tuhan satu-satunya, Ar-Rahman, yang Maha Pengasih,
Ar-Rahim yang Maha Penyayang. Menyambungkan seluruh aspek hidup ini dengan Dzat
yang Maha Mulia itu, dengan jalan mengamalkan seluruh perintahNya dan menjauhi
semua laranganNya. Demikianlah kita mem-buktikan iman kepadaNya. Demikianlah
kita berjuang untuk menjadi hambaNya yang mencari ridhaNya. Demikianlah kita
bekerja keras untuk mendekat kepadaNya.
Keyakinan kita kepada Allah, pemilik tunggal Asmaul Husna,
memotivasi kita untuk menyambungkan pikiran kita, hati kita, perasaan kita,
ucapan dan prilaku kita dengan Dzat yang Maha Mulia itu. Kita selalu
berorientasi pada ridhaNya. Kita senantiasa berfikir bagaimana mengamalkan
perintahNya dan menjauhi laranganNya. Kita selalu bekerja untuk mendapatkan
kasih sayangNya. Ucapan kita pun selalu dijaga, agar tidak ada kata-kata yang
dapat mengundang murkaNya. Bahkan perasaan kita pun selalu dikontrol agar
perasaan kita kepada Allah selalu baik, selalu bersangka baik kepada Allah.
Demikianlah kita menuhankan Allah. Demikianlah kita
bertauhid. Demikianlah kita menghayati iman kita kepada Allah. Demikianlah kita
berusaha membuktikan keyakinan kita kepada Allah.
Marilah kita merenungkan firman Allah Swt:
فَفِرُّوْ إِلَى اللهِ
“Maka berlarilah kamu kepada Allah” QS : Adzariyat : 50
Ayat ini memerintahkan
kita untuk berlari kepada Allah. Artinya, kita diwajibkan untuk bercepat-cepat
mengamalkan perintahNya, dan cepat-cepat menjauhi laranganNya.
Dalam ayat lain
Allah Swt berfirman:
وَسَارِعُوْ
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ
وَاْلأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ
“Dan besegeralah kamu menuju ampunan
dari TuhanMu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, disiapkan untuk
orang-orang yang bertaqwa” QS. Ali Imran : 133
Ayat yang mulia
ini memerintahkan kepada kita bercepat-cepat menuju ampunan Allah dan
syurgaNya. Maksudnya, kita diperintah oleh Allah untuk segera bertaubat,
memperbanyak istighfar, segera beribadah, memperbanyak amal shaleh, menjauhi
dosa dan maksiat. Dengan demikian kita akan mendapat ampunan Allah dan
syurgaNya.
Orang yang
beriman selalu berusaha untuk waspada. Mewaspadai penyimpangan dari jalan
Allah. Mewaspadai kelalaian. Mewaspadai bisikan syetan. Mewaspadai sangkaan
jelek terhadap Allah Swt. Dengan kewaspadaan itu, seorang mu’min menjaga
kesadarannya. Yaitu kesadaran sebagai hamba Allah yang mencari ridha Allah.
Kesadaran sebagai muslim yang merindukan kasih sayang Allah Ar-Rahman,
Ar-Rahim. Kesadaran sebagai makhluk Allah yang amat sangat lemah sekali, sangat
membutuhkan bantuan dan pertolongan Allah setiap detik. Kesadaran sebagai
musafir di dunia ini, sebentar lagi akan meneruskan perjalanan menuju keabadian
syurga firdaus yang mulia. Amin.
Sesungguhnya
kesadaran-kesadaran inilah yang wajib kita bangun dalam kepribadian kita pada
setiap rukuk dan sujud kita. Pada setiap ayat Al-Qur’an yang kita baca. Pada
setiap untaian dzikir yang kita bisikkan. Pada setiap ungkapan permohonan kita
kepada Allah. Pada setiap kerja-kerja da’wah kita, kerja-kerja amal shaleh
kita, jihad-jihad sosial, budaya, politik, seni, pendidikan, dan ekonomi yang
kita galakkan setiap hari, setiap saat.
Cobalah kita
renungkan hikmah yang sangat besar dari anjuran Rasulullah saw untuk selalu
membaca “Bismillah” pada awal setiap kegiatan positif. Sebelum makan, kita
membaca “Bismillah” Artinya: Dengan nama
Allah saya makan. Maksudnya, dengan memohon bantuan Allah saya makan. Sebelum
minum, kita membaca “Bismillah” maksudnya: Dengan memohon berkah Allah saya
minum. Sebelum membaca, kita membaca “Bismillah” maksudnya : Ya Allah
berkatilah hambaMu pada bacaan ini.
Demikianlah
seluruh aktifitas positif yang kita lakukan, penuh dengan pendidikan bismillah,
untuk menyambungkan kita dengan Allah Swt, untuk memperkuat keyakinan dan
kesadaran kita sebagai hamba Allah yang beriman.
Bila kita telah
menikmati keakraban dengan Allah, niscaya kita akan merasa kehilangan bila
tidak shalat jamaah di masjid. Bila kita telah merasa bahagia dengan ibadah,
niscaya kita akan menyesal bila kita menyempurnakan shalat sunnah rawatib dalam
sehari semalam. Bila kita telah merasakan indahnya membaca Al-Qur’an, niscaya
kita merasa sangat rugi, jika dalam sehari semalam, kita tidak sempat membaca
Al-Qur’an. Bila kita telah merasa enaknya dzikir, niscaya kita merasa susah
bila ada wirid dzikir yang kita abaikan dalam sehari. Bila kita telah merasakan
lezatnya do’a, niscaya kita tidak bosan-bosan berdo’a, memohon dan meminta kepada Allah yang Maha Pengasih, Maha
Penyayang. Bila kita telah merasakan mulianya mebantu orang lain, niscaya kita
merasa rugi bila dalam sehari, tidak ada orang yang kita bantu. Bila kita telah
merasakan manfaatnya da’wah, niscaya kita menyesal bila dalam sehari, tidak ada
orang yang kita nasehati. Demikianlah semua bentuk ibadah dan amal shaleh. Bila
telah dinikmati, kita akan merasa sedih bila kita abaikan.
Inilah refleksi
dari jaminan Allah Swt untuk orang yang senantiasa mengikuti petunjukNya:
فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلاَهُمْ يَحْزَنُوْنَ
“Barangsiapa
mengikuti petunjukKu, niscaya tak ada ketakutan atas mereka, dan mereka tidak
berduka cita” QS. Al-Baqarah : 38
Maksudnya, orang
yang senantiasa mengikuti petunjuk Allah, pasti bahagia. Pasti tenang. Pasti
senang. Pasti optimis. Pasti berani dalam kebenaran. Pasti kuat dalam
menghadapi tantangan iman.
Dalam ayat lain
Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِيْنَ
قَالُوْا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
اْلمَلاَئِكَةُ أَنْ لاَ تَخَافُوْا وَلاَ تَحْزَنُوْا، وَأَبْشِرُوْا
بِالْجَنَّةِ اَّلتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang
menegaskan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka senantiasa beristiqamah,
niscaya pasti turun kepada mereka malaikat yang menyatakan: “Janganlah kamu
takut dan janganlah kamu bersedih. Bergembiralah kamu dengan syurga yang telah
dijanjikan kepadamu” QS : Fussilat : 30
Perjuangan untuk
mewujudkan ayat mulia ini ialah perjuangan istiqamah. Yaitu istiqamah dalam
iman. Istiqamah dalam tauhid. Istiqamah dalam peningkatan ibadah. Istiqamah
dalam dzikir, do’a, tilawah, da’wah, sedekah, kata-kata yang baik, akhlak yang
mulia.
Olehnya itu, bila
kita sedih dan susah, berse-geralah bertaubat, beribadah, berdzikir dan berdo’a
yang khusyu’ dan panjang. Bila kita mendapatkan ujian-ujian hidup,
penderitaan-penderitaan sesaat, kembalilah ke jalan istiqamah. Renungkanlah
iman kita. Renungkanlah betapa banyaknya dosa dan kelalaian kita. Renungkanlah
Asmaul Husna. Lalu Fastaqim (Beristiqamahlah)!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar