Social Icons

Selasa, 16 Oktober 2012

Islam Itu Cinta



Islam itu Cinta. Inilah pernyataan yang ingin kita renungkan kali ini. Renungan cinta ini bertujuan untuk meningkatkan penghayatan keislaman kita, sehingga semakin cinta terhadap Islam dan mengamalkan cinta sesuai ajaran Islam.

Sangat penting untuk kita memahami dan meyakini bahwa substansi ajaran Islam ialah : cinta. Seluruh ajaran Islam bermuara pada cinta. Bahkan cinta itu hadir dan mesti hadir pada semua ajaran Islam. Karena itu, maka pengama-lan keislaman kita tidak sempurna sebelum diiringi dan dijiwai oleh cinta kepada amal tersebut.

Apa arti “Islam itu Cinta ?”.  Ada tiga pengertiannya :

  1. Substansi ajaran Islam ialah cinta.
  2. Pengamalan ajaran Islam mesti dihayati dengan cinta.
  3. Islam mengajarkan cinta yang benar.

Inilah yang akan kita renungkan kali ini.

1. Substansi ajaran Islam ialah cinta

Pernyataan ini berarti bahwa inti ajaran Islam ialah cinta. Mengapa ? karena sesungguhnya inti iman itu adalah cinta. Inti ibadah itu adalah cinta. Inti akhlak itu adalah cinta. Inti kesucian hati adalah cinta. Inti da'wah adalah cinta. Inti kepriba-dian muslim adalah cinta. Inti rumah tangga Islami adalah cinta. Inti masyarakat Islami adalah cinta. Inti pendidikan Islam adalah cinta. Inti ekonomi Islam adalah cinta. Inti politik Islam adalah cinta. Inti seni dan budaya Islam adalah cinta. Inti ajaran agama Islam adalah cinta. Tak ada Islam tanpa cinta. Tidak ada cinta tanpa bukti. Tidak ada bukti tanpa ajaran Islam.

Marilah kita renungkan firman Allah yang Maha benar ini :

وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“Dan orang-orang yang beriman itu sangat cinta kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 165)


Ayat mulia ini menjelaskan bahwa orang yang beriman itu sangat mendalam, sangat besar, sangat  tinggi, sangat kuat cintanya kepada Allah.

Dapat dipahami dari ayat ini bahwa tingkat iman seseorang sangat terkait dengan tingkat cintanya kepada Allah swt. Dalam ayat lain, Allah swt berfirman :

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah "Jika Bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
(QS. At-Taubah : 24)


Ayat mulia ini sangat jelas dan sangat tegas mewajibkan kepada setiap muslim untuk mencintai Allah swt, Rasulullah saw dan perjuangan di jalan Allah, melebihi segala cinta dan segala obyek cinta. Kewajiban itu kita pahami dari ancaman Allah swt untuk orang yang cintanya kepada kedua orangtua, anak, isteri/suami, saudara, keluarga, harta benda, perdagangan/usaha, rumah tempat tinggal, melebihi cintanya kepada Allah, Rasulullah saw dan perjuangan Islam.

Selanjutnya, mari kita renungkan ayat mulia lainnya :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمْ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS: Ali Imran : 31)


Ayat mulia ini menjelaskan bagaimana seorang muslim membuktikan cintanya kepada Allah swt. Yaitu dengan mengikuti Nabi Muhammad saw. Mengikuti tauhid beliau. Mengikuti ibadah beliau. Mengikuti akhlak beliau. Mengikuti dzikir beliau. Mengikuti sunnah-sunnah beliau. Bagaimana kita mengikuti semua itu ? Di sinilah dan karena inilah maka kita wajib belajar. Semua inilah yang wajib kita pelajari.

2.  Pengamalan Ajaran Islam Mesti Dihayati Dengan Cinta

Jika substansi ajaran Islam adalah cinta, maka mencintai seluruh ajaran Islam adalah keniscayaan. Menumbuh suburkan cinta di hati menjadi kewajiban. Sebab keislaman tanpa cinta, tidak efektif, tidak membahagiakan, tidak Istiqamah. Cinta kepada setiap amal ibadah yang kita persembahkan kepada Allah, itulah yang memberikan kehidupan pada amal ibadah tersebut, sehingga ia hidup, bergerak, menggelora, membahagiakan, memuliakan dan memberi tambahan-tambahan kekuatan untuk Istiqamah, konsisten di jalan amal ibadah.

Jadi kewajiban kita, tidak hanya melaksanakan ibadah dan amal shaleh semata, tapi kita juga berkewajiban untuk mencintai setiap ibadah dan amal shaleh. Sebagai contoh : Ibadah shalat. Ibadah yang paling mulia ini, wajib ditegakkan dengan rasa cinta yang mendalam. Karena kita diwajibkan untuk mengoptimalkan pelaksanaan ibadah shalat. Sedang optimalisasi Ibadah shalat hanya dapat terwujud jika dilandasi dan dibarengi dengan perasaan cinta yang mendalam. Dengan cinta, ibadah shalat kita tenang, pelan-pelan, khusyu', penuh penghayatan pada setiap ucapan dan gerakan shalat. Dengan cinta, kita termotivasi untuk menegakkan shalat wajib di masjid, karena kita mengejar optimalisasi pelaksanaannya. Dengan cinta, kita terdorong untuk menyempurnakan shalat-shalat sunnah, karena kita selalu ingin dekat dengan shalat dan selalu ingin berlama-lama bersama shalat. Dengan cinta, shalat menjadi nikmat. Dengan cinta, shalat itu sangat membahagiakan. Dengan cinta, shalat terasa menguatkan jiwa, menambah iman. Dengan cinta, shalat itu terasa memuliakan. Dengan cinta, kita merasakan penyesalan yang mendalam jika kesiangan shalat shubuh. Dengan cinta, kita merasakan penyesalan yang mendalam jika kita terlambat ke masjid. Dengan cinta, kita merasakan penyesalan yang mendalam jika kita melalaikan shalat sunnah. Dengan cinta, shalat kita akan efektif menjauhkan kita dari dosa dan pelanggaran. Dengan cinta, kita akan konsisten bersama shalat.

Bayangkan orang yang menunaikan shalat tanpa rasa cinta kepada shalat. Ia shalat dengan perasaan terbebani dengan shalat itu. Ia shalat dengan cepat, gerakannya cepat, bacaannya pun cepat. Ia ingin cepat lepas dari shalat. Ia terbiasa menunda-nunda pelaksanaan shalat. Ia terbiasa shalat wajib sendirian. Tidak terbiasa ke masjid. Tidak terbiasa shalat sunnah. Ia belum merasakan nikmatnya shalat, kecuali hanya nikmatnya lepas dari beban kewajiban shalat. Ia belum menemukan kebahagiaan dari shalat. Karena itu, ia tidak menyesal jika tidak shalat sunnah. Shalat tanpa cinta, tidak efektif. Shalat tanpa cinta tidak membaha-giakan. Shalat tanpa cinta, tidak menjauhkan dari dosa dan kelalaian. Shalat tanpa cinta, tidak khusyu'. Shalat tanpa cinta, tidak akan setia bersama shalat.

Ini adalah contoh yang paling mudah dipahami, bagaimana semestinya kita melaksanakan ibadah dengan perasaan cinta yang mendalam pada ibadah tersebut. Demikianlah kita mesti mencintai zakat, mencintai shaum (puasa), mencintai Haji dan Umrah, mencintai al-Qur'an, mencintai dzikir dan do'a, dan seluruh ajaran agama kita yang tercinta ini.

Demikianlah kita membuktikan cinta kita kepada Allah swt dan Rasulullah saw. Itulah ikhtiar kita untuk merasakan nikmatnya hidup beriman dan berislam.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits shahih :

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإِيْمَان  أَنْ يَكُوْنَ الله وَرَسُولـُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ ِلله، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ إِلَى الْكُفْرِ كَماَ يَكْرَهَ أَنْ يُقْذََفَ ِفي النَّارِ
“Ada tiga Perkara, siapa memilikinya, niscaya ia merasakan manisnya iman : 1. Bahwa Allah dan RasulNya, lebih ia cintai dari selain keduanya. 2. Bahwa ia mencintai seseorang (sesamanya) hanya karena Allah. 3. Bahwa ia benci untuk kembali kepada kekafiran, sebagaimana ia sangat tidak ingin dilemparkan ke dalam api neraka”. HR. Muslim

3. Islam Mengajarkan Cinta yang Benar

Pengertian yang ketiga dari
 "Islam Itu Cinta" ialah bahwa Islam mengajarkan cinta yang benar. Seorang muslim memahami cinta sebagaimana yang diajarkan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah. Bahwa cinta yang tertinggi seorang muslim, hanyalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah cinta di atas segala cinta. Itulah cinta yang menjadi hulu dan hilir segala cinta. Itulah cinta yang menjadi awal dan akhir segala cinta. Jadi apapun yang dicintai seorang muslim, mesti, harus dan wajib sejalan dan mendukung cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya saw. Seorang muslim mencintai Ibu bapaknya, selama Ibu bapaknya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Ia mencintai isteri dan anaknya sesuai dengan cinta mereka kepada Allah dan Rasul-Nya."

Ia mencintai pekerjaannya yang halal, mencintai harta bendanya, mencintai rumahnya, sebagai sarana persembahan cintanya kepada sang kekasih tertingginya Allah swt dan Rasulullah  saw.

Jadi cinta yang diajarkan oleh Islam, adalah cinta yang bersumber dari iman. Itulah cinta tulus, cinta suci, cinta sejati, cinta hakiki. Selain itu, pastilah cinta yang bersumber dari hawa nafsu yang dihiasi oleh syetan. Cinta duniawi, cinta syahwat, cinta dosa, cinta egois, cinta penipu, cinta palsu, cinta yang pasti berujung pada penyesalan.

Dunia ini boleh dicintai. Keluarga boleh dicintai. Pekerjaan halal dan harta halal boleh dicintai. Segala kebutuhan duniawi boleh dipenuhi dan dipuaskan secara halal. Tapi semua itu dalam batasan ajaran Allah dan sebagai Persembahan cinta kepada Allah swt. Karena cinta kita kepada Allah swt. Karena cinta kita kepada Allah melebihi segala cinta.

Demikianlah renungan tentang cinta Islam cinta. Semoga diberkahi Allah swt. Semoga kita fahami, kita amalkan, kita sebarkan. Amin.

Tidak ada komentar:

SIAPA PELATIH SRIWIJAYA FC ?